Sabtu, 30 November 2013

RENUNGKANLAH




RENUNGKANLAH
Mereka tidak Mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat
lagi Maha Perkasa. (QS. 22:74)
Dalam kenyataannya, pada umumnya kebanyakan manusia memang tidak benar-benar mengetahui Allah dan tidak benar-benar mengenjal Allah. Karena itu juga tidak mencintai dan merindukan-Nya serta tidak ingin bertemu dengan-Nya. Mereka tidak mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang Allah. Pengetahuan mereka tentang Allah baru sebatas dengar-dengar, ikutan, sambil lalu, samar-samar dan kabur. Mereka tidak tahu bahwa Allah selalu dekat, bersamanya, inencintainya, memberi rezki, petunjuk, pertolongan,, perlindungan dan seterusnya. Oleh sebab itu, mereka pun tidak merasa akrajb dengan-Nya, tidak ingin menyapa-Nya, tidak mengagungkan-Nya, tidak meqgagumi-Nya, tidak mencintai dan merindukan-Nya, dan seolah-olah tidak membijtuhkan-Nya. Masya Allah! Manusia memang keterialuan ... kalau lagi senang dan kecukupan tak mau tahu Allah dan mengabaikan-Ny? Tapi kalau lagi butuh, krisisidan sekarat, minta-minta kepada-Nya, mendesak dan bahkan juga maksa ,r. SubbanaUah! Pantaskah demikian ?

Baiklah Hadis di bawah ini bisa menjadi pedoman dan peringatan betapa Rasulullah saw. menitik beratkan pentingnya pengetahuan tentang Allah Rabbul 'Alamiin:
Sekali perisliwa ddtanglah seorang sahabat kepada Nabi saw. dengan mengajukan pertanyaan: "Wahai Rasululllah apakah amalan yang lehih utama?" Jajvab Rasulullah saw. 'Ilmupengetahuan tentang Allah'" Sabahat ilu bertanya pula "ilmu apa yang Nabi maksudkan?" Jawab Nabi "ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala" Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah salah tangkap, ditegaskan lagi "Wahai Rasulullah kami bertanya tentang amalan, sedang Anda menjawab tentang ilmul " Jawab Nabi pula "Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan berfaedah bila disertai dengan kejahilan tentang Allah ".
Mustafa Mahmoud. Melihat Allah. Surabaya ; Bina Ilmu

CATATAN PERHATIAN:
Informasi lebih lanjut bisa diakses melalui internet dengan alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com
atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah, atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119


BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM


SEJUJURNYA SAJA
ADA LEBIH BANYAK RAHASIA ALLAH
YANG BELUM KITA KETAHUI DAN TIDAK KITA KETAHUI
BELUM DIPERHATIKAN MANUSIA DAN TIDAK TERPIKIRKAN MANUSIA

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak tahu bahwa Allah itu adalah Ralitas yang sebenarnya, Al-Haqq, kenyataan yang sebenarnya, wajibul wujud bi Dzatihi (Wajib wujud-Nya dari segi dirinya sendiri).

Sedangkan yang selain Allah itu wujud pinjaman, wujud tergantung, wujud penampakan, atau wujud ciptaan, (mumkinul wujud bidzatihi dan wajibul wujud bighairihi—wujud yang mungkin dari segi dirinya, tetapi wajibul wujud dari segi lainnya, yakni dari segi penciptanya).

Jadi wujud yang selain Allah itu tidak ada kalau tidak diciptakan, itulah wujud alam semesta dan segala isinya, termasuk wujud manusia.
  
  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak tahu bahwa Allah itu asal-usul segala sesuatu, dasar wujud segala yang ada, sumber kekuatan, tempat bergantung, tempat bersandar, dan tempat kembali.

Akibatnya, manusia hanya mengandalkan kekuatan sendiri dan kekuatan dari yang selain Allah (termasuk kekuatan orang, dukun, para normal, khadam, uang, jabatan, kekuasaan, dan lain-lainnya).

Padahal yang bisa menolong Allah, yang bisa melindungi Allah, yang bisa menyembuhkan Allah, dan yang bisa menyelamatkan juga hanya Allah.

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak tahu bahwa kekuatan Allah itu tidak terbatas dan tidak terbagi. Akibatnya, kita tidak menyadari bahwa kekuatan Allah itu memenuhi dari kita, memenuhi jiwa raga kita, dan jiwa raga semua orang, dan juga memenuhi alam semesta.

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak tahu Allah itu apa? Allah itu Siapa? Dan Allah itu di mana? Akibatnya, manusia tidak merasa membutuhkan Allah, mudah melupakan Allah, tidak mau tahu Allah, tidak peduli pada Allah, dan meninggalkan Allah.

Padahal dalam kenyataan yang sebenarnya, manusia itu tidak pernah bisa terpisah dan terlepas dari kekuatan Allah, dari pertolongan Allah, dan perlindungan Allah.

  1. Pada umumnya kebanyakan orang mempunyai pandangan yang primitive tentang Allah, yaitu anggapan bahwa Allah itu sebagai seorang Maha Raja Yang Maha Kuasa yang duduk disinggasana-Nya, yang menaruh belas kasihan kepada manusia, ikut membereskan persoalan manusia, dan Allah itu dianggap turun tangan setelah manusia tidak berdaya. 

Allah Maha Suci dari anggapan seperti itu. Karena sebenarnya Allah sudah menjawab sebelum manusia bertanya, Allah sudah memberi sebelum kita meminta, Allah telah menyediakan segala yang dimilikinya untuk manusia, dan Allah juga menyediakan kekuatan-Nya yang tak terbatas untuk digunakan manusia, agar manusia bisa mengatasi dan memecahkan semua masalah yang dihadapinya, agar manusia bisa memenuhi kebutuhannya, agar manusia bisa memperoleh apa yang dihajatkannya, serta bisa meraih sukses dunia akhirat.

  1. Pada umumnya kebanyakan orang lebih senang berurusan dengan yang selain Allah, seperti benda-benda, barang-barang, orang atau uang, dari pada berurusan dengan Allah. Padahal Allah adalah pemilik segala apa yang ada di langit dan di bumi, serta penguasa dan pengatur alam semesta dan segala isinya. Aneh memang … manusia lebih suka berurusan dengan rumahnya, isi rumahnya, tamannya, mobilnya, satpamnya dan seterusnya, dari pada berurusan dengan pemiliknya.  

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak tahu dan tidak menyadari bahwa sebenarnya setiap saat Allah selalu dekat dan bersama manusia, dan Allah selalu memberi petunjuk, menolong, dan melindungi manusia.

Akibatnya, manusia tidak merasa dibimbing, ditolong, dan dilindungi Allah. Akibatnya, manusia merasa berjalan sendiri dan beraktifitas sendiri dengan segala resikonya, sehingga dia merasa harus mengatasi dan memecahkan sendiri semua masalah yang dihadapinya. Maka timbullah rasa tidak berdaya, khawatir, takut, gelisah, cemas, bingung, dan setres, dan bahkan juga putus harapan dan putus asa.

Solusinya, manusia harus diberitahu, diingatkan, dan disadarkan bahwa sebenarnya dia tidak bisa hidup, bergerak, dan beraktifitas tanpa kekuatan dan pertolongan Allah. Agar manusia bisa merasa dan mengalami kekuatan, kehendak dan pengetahuan atau ilmu Allah, dan agar manusia bisa selalu berada dalam petunjuk, pertolongan, dan perlindungan Allah.

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak tahu bahwa Allah telah memberikan dan meminjamkan ruh-Nya kepada manusia (QS. 39:42), agar manusia bisa menggunakan pikiran, kesadaran, perasaan, keinginan, pengetahuan, dan kekuatan milik-Nya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mendapatkan apa yang diharapkannya, dan mewujudkan cita-citanya, serta agar manusia bisa menjadi hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya.

Akibatnya, manusia tidak menyadari tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah yang harus mengikuti petunjuk dan melaksanakan pertintah-Nya, dan tidak menyadari tanggungjawabnya sebagai khalifah yang harus menguasai, memimpin, dan mengataur dirinya sendiri dan alam sekitarnya.   

  1. Pada umumnya kebanyakan orang lupa bahwa ia pernah bertemu Allah di alam alastu, yaitu ketika manusia menyaksikan Allah sebagai Rabbnya, Tuhannya, sebagai Pencipta, Pemilik, Penguasa, Pengatur, Penjaga, Pemelihara, Pendidik, Penolong, dan Pelindungnya (QS. 7:172).

Itulah sebabnya, Allah mengirimkan para malaikat-Nya, kitab suci-Nya, para Rasul dan Nabi-Nya, untuk mengingatkan manusia agar manusia bisa bertemu lagi dengan Allah, kapan saja dan di mana saja, baik melalui shalat, do’a, maupun dzikir. Dzikir, do’a, dan shalat yang khusyu’ bisa menjadi cara mudah dan terbaik untuk bertemu Allah, dan merasakan serta mengalami pertemuan dengan Allah.


  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak menyadari bahwa tujuan Allah menciptakan manusia itu untuk beribadah, menyembah Allah, dan menjadi hamba Allah. Akibatnya, ada manusia yang menyembah dan mempertuhankan hawa nafsunya (QS. 25:43-44), ada manusia yang menyembah setan (QS. 36:60-61) dan ada juga yang menyembah thaghut, yaitu segala sesuatu selain Allah yang disembah, seperti benda-benda, harta, tahta, dunia, dan semacamnya.

Oleh sebab itu, Allah memerintahkan manusia menyembah Allah (QS. 2:21) dan melarang manusia menyembah segala sesuatu selain Allah, agar manusia bisa menjadi hamba Allah, kekasih-Nya, dan khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi. 

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak menyadari bahwa Allah adalah pemilik segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan segala apa yang diberikan kepada manusia itu hanya merupakan pinjaman sementara yang pada saatnya pasti diambil oleh pemiliknya, yaitu Allah. Oleh sebab itu, suka atau tidak suka, siap atau tidak, terpaksa atau tidak, bila telah tiba saatnya, manusia tidak lagi  bisa mempertahankan apa pun yang selama ini dianggap sebagai miliknya. Contoh yang paling jelas dan tidak seorang pun bisa meragukannya adalah saat datangnya kematian, yaitu saat nyawanya diambil oleh pemiliknya, maka tiada seorang pun bisa mengelak darinya. 

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak menyadari bahwa segala pemberian Allah kepada manusia itu merupakan pinjaman yang harus dipertanggungjawabkan secara pribadi kepada Allah. Oleh sebab itu, manusia harus disadarkan agar dia menggunakan segala apa yang dipinjamkan oleh Allah itu harus di gunakan dengan benar sesuai dengan petunjuk-Nya, agar dia mendapatkan keberuntungan yang besar dan kekal abadi.

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak menyadari bahwa di hadapan Allah yang  Maha Besar itu, manusia sangat kecil dan tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan Allah yang Maha Besar. Oleh sebab itu, orang yang telah mengetahui Allah yang Maha Besar, maka dia pasti tidak bisa sombong lagi, dan juga tidak bakalan bisa disombongin orang lain, karena memang tidak ada yang bisa disombongkan.

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak menyadari bahwa Allah sudah menjawab sebelum manusia bertanya, Allah sudah memberi sebelum manusia meminta. Akibatnya, manusia mengira bahwa Allah itu bisa dipengaruhi, bisa didesak-desak, dan bisa dipaksa agar menuruti maunya dan memenuhi tunututan manusia. Padahal Allah Maha Suci dari dugaan manusia yang demikian. Sebaliknya, manusialah yang harus menuruti maunya Allah agar manusia bisa mendapatkan pertolongan dan perlindungan-Nya.

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak mengetahui cara Allah dalam menguasai dan mengatur ciptaan-Nya. Padahal jika manusia mengetahui cara kerja Allah dalam mengatur ciptaan-Nya, maka manusia pasti bisa meraih kemajuannya yang lebih dahsyat dalam membangun masa depanya. Oleh sebab itu, sudah saatnya manusia meriset alam Ilahi yang lebih dahsyat dan lebih menakjubkan, dibandingkan dengan alam bendawi yang selalu berubah dan bersifat fana’.

  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak menyadari bahwa Allah menciptakan manusia itu lengkap dengan segala kemampuan yang diperlukannya, tetapi juga dengan segala keterbatasnnya. Sungguh pun begitu, manusia diberi peluang untuk bisa mengembangkan potensinya itu sampai tak terbatas, jika manusia mau mengikuti petunjuk Allah, baik yang tersurat (berupa ayat-ayat Qur’aniyah), maupun yang tersirat (berupa ayat-ayat kauniyah). 


  1. Pada umumnya kebanyakan orang tidak menyadari bahwa Allah menciptakan alam semesta itu untuk manusia, dalam arti manusia diberi kesanggupan dan kewenangan untuk menguasai dan mengatur alam semesta demi kepentingannya sendiri. Akibatnya, alih-alih bisa menguasai alam semesta, tetapi manusia malah diperbudak oleh alam dan dirinya sendiri, yaitu dengan menyembah dan mempertuhankan hawa nafsunya.

Oleh sebab itu manusia harus dibebaskan dari syirik, yaitu penghambaannya terhadap segala sesuatu selain Allah, termasuk mempertuhankan dan menyembah hawa nafsunya, agar manusia bisa sepenuhnya menjadi hamba Allah, kekasih Allah, dan khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi.           
     
Itulah sebagian kecil dari rahasia Allah yang belum diketahui, belum terpikirkan dan tidak diperhatikan oleh kebanyakan orang pada umumnya. Akibatnya, kebanyakan orang juga tidak bisa mengaksesnya, memberdayakannya, menggunakannya, dan memanfaatkannya. Padahal jika manusia bisa mengetahuinya, maka manusia pasti bisa memberdayakannya, untuk kepentingannya yang lebih besar dalam membangun masa depannya, dalam meraih sukses dunia akhirat, dan dalam rangka mencapai tujuan akhiranya yang sebenarnya, yaitu kembali ke asal-usulnya serta  ke tempat kembalinya, yakni Allah SWT.

Pada dasarnya rahasia Allah itu jumlahnya tak terbatas karena wujud Allah itu memang tak terbatas. Oleh sebab itu, sebenarnya kita juga bisa menemukan rahasia yang tak terbatas, asal saja kita tahu ilmunya, tahu teorinya, tahu caranya, dan bisa menerapkannya.

Sudah saatnya manusia harus dibangunkan dari tidur lelapnya di alam bendawi, alam indrawi dan alam mimpi yang hanya melihat penampakan dan tidak melihat kenyataan. Sudah saatnya dilakukan riset Alam Ilahi, agar manusia tidak hanya berkutat dan berkubang dalam belenggu kungkungan alam bendawi yang sempit, pengap, dan menyesakkan.

Sudah saatnya manusia harus dibertitahu, diingatkan, disadarkan, dan ditunjukkan Realitas yang sebenarnya, agar tidak terus menerus tertipu oleh yang semu dan yang palsu, supaya manusia bisa merasakan dan mengalami kenyataan yang sebenarnya yang lebih luas, lebih indah, lebih mengagumkan, dan lebih menakjubkan, serta tidak terbayangkan sebelumnya.   

Akhirnya, semoga kita bisa selalu terhubung dengan pengetahuan, kehendak, dan kekuatan Allah, serta selalu berada dalam Petunjuk, Pertolongan, dan Perlindungan Allah SWT. agar kita bisa meraih sukses dunia akhirat yang diridhai-Nya, serta agar kita bisa menjadi hamba Allah, menjadi kekasih Allah, serta menjadi khalifah-Nya, yaitu wakil Allah di muka bumi. Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.

Jakarta, 20 Agustus 2010
Penulis
S. Hamdani


CATATAN PERHATIAN:
Informasi lebih lanjut bisa diakses melalui internet dengan alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com
atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah, atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119










BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

PUNCAK PENGALAMAN PERTEMUAN DENGAN ALLAH ITU
MENJADI HAMBA ALLAH

Allah SWT. menciptakan manusia tujuannya untuk beribadah, menyembah Allah, dan menjadi hamba Allah: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. 51:56).

Puncak pengalaman pertemuan dengan Allah adalah menjadi hamba Allah. Hanya hamba Allah yang bisa menjadi kekasih Allah, dan hanya kekasih Allah yang bisa menjadi khalifah-Nya yaitu wakil Allah di muka bumi.

Hamba Allah adalah orang yang mengetahui dan menyadari bahwa segala yang ada di langit dan di bumi itu milik Allah, termasuk jiwa-raga, dan dirinya sendiri (QS. 2:255; 20:6). Hamba Allah adalah orang yang mengetahui dan menyadari bahwa Allah itu Pemilik, Penguasa, Pengatur, Penjaga, Pemelihara, Pembimbing, Penolong, Pelindung, dan Yang Mengurus seluruh ciptaan-Nya.

Hamba Allah adalah orang yang bisa menjalin hubungan pribadi dengan Allah melalui tauhid. Hamba Allah adalah orang yang bisa bermitra kerja dengan yang Maha Kuasa melalui taqwa. Hamba Allah adalah orang yang bisa bersinergi dengan kekuatan Allah yang tidak terbatas melalui tawakal.

Hamba Allah adalah orang yang bertauhid, bertaqwa, dan bertawakal. Bukan hanya tauhid, taqwa, dan tawakal sebagai keyakinan dan pernyataan, tetapi juga tauhid, taqwa, dan tawakal sebagai kenyataan atau sebagai realitas yang sebenarnya.

Dengan bertawakal sebagai kenyataan atau dalam tataran kenyataan, manusia bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah yang tak terbatas dan tidak terbagi, karena dalam kenyataannya memang tidak ada kekuatan kecuali kekuatan Allah yang tak terbatas (Laa haula wa laa quwwata illa billah).  

Dengan bertaqwa dalam tataran kenyataan atau sebagai kenyataan, manusia bisa merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, karena dalam kenyataannya manusia memang tidak bisa menghendaki jika Allah tidak menghendaki manusia bisa berkehendak. Dan kamu tidak dapat menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam” (QS. 81:29).

Dengan bertauhid dalam tataran kenyataan atau sebagai kenyataan, manusia bisa merasa satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah, karena segala sesuatu berasal dari Allah dan kembalinya juga kepada Allah (termasuk semua pengetauan) (QS. 2:156).

Cara mudah dan terbaik untuk bisa merasa satu kekuatan dengan kekuatan Allah, merasa satu kehendak dengan kehendak Allah, dan merasa satu pengetahuan dengan pengetahuan Allah adalah shalat yang khusyuk.

Dalam shalat yang khusyuk, manusia itu berada di hadirat Allah, sedang menghadap Allah, sedang menemui Allah, sedang berbicara dengan Allah, dan sedang berdoa kepada Allah (QS. 2:45-46). Itulah sebabnya, Rasulullah menjelaskan bahwa shalat itu “Mi’rajul mukminin” (Mi’rajnya orang-orang yang beriman)  

Dalam shalat yang khusyuk, manusia bisa merasa mengetahui dengan pengetauan Allah, manusia bisa merasa menghendaki dengan kehendak Allah, dan dalam shalat yang khusyuk manusia bisa merasakan seluruh aktifitasnya dalam shalat, yaitu seluruh gerakan dan bacaan dalam shalatnya berlangsung dengan Qudrah, Iradah, dan Ilmu Allah.

Dengan kata lain, shalat yang khusyuk adalah shalat yang dikerjakan dengan hati yang penuh perasaan, yaitu perasaan sedang berada di hadirat Allah, perasaan sedang menghadap Allah, dan perasaan sedang berbicara, berkomunikasi, dan berdoa kepada Allah.

Oleh sebab itu, jika shalat itu dikerjakan dengan khusyuk pasti bisa mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, karena jika manusia khusyuk dalam shalatnya dan di luar shalatnya, maka dia pasti bisa selalu merasa dekat dengan Allah (Qurbah), pasti bisa merasa selalu bersama Allah (Ma’iyah), pasti bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah), pasti bisa merasa mencintai Allah, dicintai Allah, dan menjadi kekasih Allah (Mahabbah).

Dengan demikian jelaslah bahwa puncak pengalaman pertemuan dengan Allah itu menjadi hamba Allah. Itulah puncak pengalaman pertemuan dengan Allah yang tertinggi. Itulah sebabnya Nabi Muhammad sebagai manusia yang telah mencapai puncak pengalaman keagamaan yang paling tinggi dan paling sempurna disebut sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya (“Abduhu wa Rasuluhu). Sedangkan puncak pengalaman keagamaan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia selain Nabi dan Rasul-Nya adalah hamba dan khalifah-Nya.      

Akhirnya, semoga Allah SWT. memberi kita semua kekuatan dan kesanggupan serta memudahkan kita semua untuk bisa mengenal Allah, bisa selalu merasa dekat dengan Allah, selalu merasa bersama Allah, bisa merasakan dan mengalami pertemuan dengan Allah (Liqa’ Allah), bisa menjadi hamba Allah dan bisa selalu merasa mencintai, dincintai, dan menjadi kekasih Allah. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin wa Yaa Mujiibas Saailiin Walhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.    

Jakarta, 24-5-2013
S. Hamdani

CATATAN PERHATIAN:
Informasi lebih lanjut bisa diakses melalui internet dengan alamat webs: kajianliqa’allah.webs.com
atau klik kata kunci Pusat Kajian Liqa’ Allah, atau bisa copy kumpulan brosurnya, dan mengikuti program kajiannya, email: hamniah@gmail.com/08158824119

0 komentar:

Posting Komentar