No | Waktu | Tempat | Kondisi Mental |
1 | 19 November 2013 Pukul 18.47 | Kamar ( ruang belajar) | Gamang dan Bersyukur |
Salah satu ayat Ar-Rahman yang paling saya ingat baik dalam sholat maupun dalam segala aktifitas adalah ayat kedua yang berbunyi:
Artinya :"Yang Telah Mengajarkan Al-Quran"
Dalam arti tersebut secara harfiah menjelaskan bahwa Allah Yang Maha Pengasih telah menurunkan Al-Quran melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW untuk kita pelajari dan dijadikan pedoman dalam hidup.
Pengalaman saya ketika menghafalkan surat Ar-Rahman mulai terasa ketika secara langsung Allah berikan hidayah kepada saya selepas sholat maghrib pada hari Sabtu, 16 November 2013. Semua itu berawal saat saya sedang mengalami kegamangan dalam menghadapi penelitian mengenai sosok pemuka agama Kristen untuk mata kuliah Sosiologi Agama. Untuk bisa mendapatkan informasi yang tepat, saya harus mempelajari mengenai seluk-beluk agama Nasrani. Begitu banyak hal yang saya rasa begitu aneh dan janggal mengenai isi dari Al-Kitab Injil tersebut. Bahkan ketika saya menemukan sebuah artikel di sebuah forum internet mengenai 5 penolakan umat Kristiani terhadap isi dari Al-Quran yang ternyata bukan berdasarkan wahyu Allah membuat saya semakin gamang dalam menghadapi kondisi ini. Saya bandingkan ayat demi ayat Al-Quran yang menjadi pokok permasalahan umat Kristen. Masih terasa mengganjal di hati saya. Sampai saya berdoa selepas sholat Maghrib agar diberikan keteguhan dalam beraqidah dan tetap beriman kepada Allah. Doa tersebut saya tutup dengan melafalkan surat Ar-Rahman. Dan ketika saya melafalkan ayat kedua, secara spontan saya menangis. Hati saya tergetar ketika melafalkan ayat tersebut. Disitulah saya merasakan Allah telah memberikan saya petunjuk disaat saya mengalami kegamangan. Saya pun tergerak untuk membaca, memahami dan meresapi makna dari tiap ayat Al-Quran yang saya baca. Alhamdulillah selepas membaca Al-Quran dan menghafalkan Ar-Rahman hati saya menjadi tentram dan damai. Sudah tidak ada lagi keraguan dalam diri saya dalam menegakkan Al-Quran sebagai pedoman hidup saya. Selepas itu saya begitu amat bersyukur karena Allah telah memberikan hidayah kepada saya berupa keteguhan hati untuk terus mendalami Al-Quran sebagai pedoman hidup saya. Hal itulah yang saya maknai sebagi makna Zaukiyah (yang saya rasakan) saat melafalkan ayat Ar-Rahman dan makna Matolli berupa hidayah langsung selepas sholat Maghrib yang mungkin hanya saya yang dapat merasakan makna tersebut. Tentu dengan hidayah tersebut melafalkan ayat Ar-Rahman dan ayat Al-Quran lainnya menjadi wajib dilafalkan dalam berbagai kesempatan agar kita senantiasa selalu mengingat Allah dan menjadi pribadi yang pandai bersyukur.
0 komentar:
Posting Komentar